Solusi Efisiensi Pemupukan dan Peningkatan Kesuburan Tanah, Optimalisasi Tandan Kosong Kelapa Sawit sebagai Soil Conditioner

Solusi Efisiensi Pemupukan dan Peningkatan Kesuburan Tanah, Optimalisasi Tandan Kosong Kelapa Sawit sebagai Soil Conditioner

39,966
0

JambiIn.com-Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi, Institut Pertanian Bogor (IPB) bekerja sama dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) menggelar workshop mengenai karbonisasi tandan kosong kelapa sawit dan pemanfaatannya sebagai soil conditioner. 

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pemupukan dan kesuburan tanah di perkebunan kelapa sawit, berlangsung di Jambi, Selasa (2/7/2024).

Workshop ini memasuki tahun kedua pelaksanaannya, setelah sebelumnya diselenggarakan di tiga kota: Pekanbaru (14 November 2023), Medan (21 November 2023), dan Palangkaraya (28 November 2023). Pada tahun 2024, workshop akan dilanjutkan di enam kota lainnya, yaitu Palembang (26 Juni 2024), Jambi (2 Juli 2024), Padang (5 Juli 2024), Pontianak (9 Juli 2024), Samarinda (11 Juli 2024), dan Palu (15 Juli 2024).

Prof. Dr. Erliza Hambali, Ketua Tim Pelaksana Workshop IPB, menjelaskan bahwa pada tahun 2022, luas areal perkebunan kelapa sawit hampir mencapai 15,38 juta hektar dengan produksi tandan kosong kelapa sawit sekitar 47 juta ton. 

"Proyeksi pada tahun 2050 menunjukkan bahwa produksi tandan kosong kelapa sawit bisa mencapai sekitar 103 juta ton. Oleh sebab itu, penting untuk mengolah tandan kosong kelapa sawit ini menjadi produk bernilai tambah tinggi," ujarnya.

Tandan kosong kelapa sawit merupakan hasil sampingan dari proses pengolahan tandan buah segar menjadi Crude Palm Oil (CPO), dengan biomassa yang dihasilkan sekitar 30-35% dari berat buah segar yang diolah. 

Pemanfaatan TKKS saat ini masih sangat terbatas, dengan sebagian besar ditimbun atau dibakar. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan pemanfaatan TKKS yang bernilai tambah, seperti melalui proses karbonisasi.

Prof. Erliza menjelaskan bahwa salah satu cara meningkatkan nilai tambah TKKS adalah dengan mengolahnya menjadi biochar, yang dapat digunakan sebagai soil conditioner. 
"Biochar dari TKKS memiliki potensi besar untuk meningkatkan kesuburan tanah dan efisiensi pemupukan, mengingat sekitar 80% biaya operasional perkebunan kelapa sawit adalah untuk pemupukan," katanya. 

Selain itu, hampir 100% pupuk yang digunakan saat ini adalah pupuk kimia, yang mahal dan bisa berdampak negatif pada kesuburan tanah.

Pemupukan adalah kunci keberhasilan produktivitas tanaman kelapa sawit, namun juga menjadi pos biaya terbesar. Untuk setiap hektar kebun sawit, dengan 143 pohon per hektar, kebutuhan pupuk sekitar 858 kg per tahun. 

Dengan luas perkebunan sawit Indonesia pada tahun 2022 mencapai 15,38 juta hektar, kebutuhan pupuk diperkirakan mencapai 13 juta ton per tahun.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan biaya pemupukan, seperti penggunaan TKKS untuk mulsa. 

Namun, proses pengomposan TKKS memerlukan waktu lama dan biaya tinggi untuk logistik serta distribusi. Selain itu, penggunaan kompos atau TKKS sebagai pupuk organik dapat meningkatkan populasi hama, seperti kumbang tanduk, yang menurunkan produktivitas tanaman sawit.

Salah satu solusi yang ditawarkan adalah penggunaan biochar dari TKKS. Biochar hasil proses karbonisasi TKKS dapat digunakan sebagai soil conditioner yang efektif dalam meningkatkan kesuburan tanah dan efisiensi pemupukan. 

Menurut Sarwono (2008), setiap ton TKKS mengandung unsur hara penting seperti N 1,5%, P 0,5%, K 7,3%, dan Mg 0,9%, yang sangat dibutuhkan oleh tanaman kelapa sawit.

Penggunaan biochar dari TKKS sebagai soil conditioner memiliki keunggulan dalam menjaga kandungan bahan organik dan hara dalam tanah, serta meningkatkan kesehatan dan kualitas tanah dalam jangka panjang. 

Biochar juga berpotensi menurunkan emisi CO2 melalui efisiensi penggunaan pupuk kimia dan membuka peluang untuk mendapatkan carbon credit melalui carbon trading.

Proses karbonisasi TKKS menggunakan teknologi tepat hanya memerlukan waktu sekitar 15-20 menit, dengan rendemen sekitar 30% (kadar air TKKS di bawah 15%). Selain biochar, dihasilkan juga liquid smoke (asap cair) sekitar 6% dan tar sekitar 3%, yang memiliki berbagai aplikasi komersial.

Jika seluruh biomassa TKKS di Indonesia (47,21 juta ton dengan kadar air 65% atau setara dengan 11 juta ton TKKS dengan kadar air 15%) dikarbonisasi dengan teknologi yang tepat, maka akan dihasilkan sekitar 3,2 juta ton biochar TKKS. 

"Biochar ini dapat digunakan sebagai soil conditioner untuk 483.000 hektar perkebunan sawit per tahun," jelasnya.

Workshop ini bertujuan untuk mendorong proses karbonisasi TKKS yang tepat dan efisien, memberikan informasi karakteristik dan potensi biochar sebagai soil conditioner, serta menggambarkan manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan dari pemanfaatan biochar TKKS. 

Diharapkan kegiatan ini dapat menambah wawasan bagi petani kelapa sawit dan pabrik CPO terkait potensi dan manfaat biochar dari TKKS.

Sponsor utama workshop ini adalah BPDPKS, dengan dukungan dari Universitas Jambi. (*)

Penulis: Khotib Syarbini

Editor: Khotib Syarbini