Milenial dan Pasukan Tempur Darat
Oleh : Musri Nauli
Setelah dirasakan rapi dan sistem sudah berjalan dengan baik, saya mendapatkan kesempatan. Menyaksikan langsung bagaimana suasana kampanye di Pemayung. Sekaligus melihat semangat dan motivasi tim darat yang sudah lama kukenal.
Diibaratkan peperangan, kesiapan fisik, kerapian pasukan dan strategi perang sudah lama disusun. Dan itu mempunyai persiapan yang panjang sebelum memasuki peperangan. Sehingga menjadi sangat aneh sekaligus lucu apabila peperangan telah dimulai maka pasukan malah disuruh berbaris-baris, baru membagikan berseragam berseragam maupun urusan-urusan teknis.
Demikianlah suasana perang sudah berlangsung dua mingguan. Para pasukan yang rapi sudah memulai fungsi dan perannya. Ada serangan udara yang menguasai jagat Langit Jambi. Mereka berjibaku dengan serangan udara-udara. Bak pesawat Sukhoy mereka meliuk-liuk menguasai langi Jambi. Dan mereka berhasil meledakkan serangan udara dengan gemulai dan ayunannya.
Ada juga tim darat yang efektif untuk langsung menusuk lumbung-lumbung suara.
Alangkah kagetnya. Walaupun sudah lama mengetahui, Tim-tim yang selama ini sempat “ilang” dari peredaran kemudian muncul. Mereka tampil “slow” tapi langsung memberesi gelanggang. Sekaligus menguasai panggung-panggung di Lapangan.
Mereka merapikan sebelum kedatangan Al Haris. Mereka senyap. Bahkan nyaris tiada bersuara. Namun kerja-kerja mereka efektif. Mereka langsung menuju sasaran tanpa wacana. Bahkan mereka tidak hirau dengan hiruk-pikuk yang akan mematahkan semangat.
Mereka sudah lama kukenal. Baik personal maupun urusan-urusan kerja. Mereka adalah loyalis sejati yang tidak pernah mau menikmati gegap gempita kemenangan. Mereka rela “duduk dipinggir” sembari melihat semua orang kemudian “mengklaim” kemenangan. Mereka tidak silau dengan puji-pujian maupun sanjungan.
Sudah lama saya mengamati. Bagaimana Al haris-Sani mempunyai loyalis yang tidak bisa dipatahkan dengan urusan administrasi. Mereka loyalis yang mempunyai rekam jejak yang jelas.
Hubungan kekeluargaan maupun hubungan personal yang jauh-jauh sudah terbangun tidak akan mudah digoyahkan dengan imbalan apapun. Bahkan mereka kemudian rela meminggir ketika Al Haris-Sani sedang menjabat. Mereka kembali ke aktivitas dan kehidupan sehari-hari.
Meminjam istilah “Menang tidak perlu dipuji. Kalah siap dicaci maki”.
Berbagai teori politik praktis maupun teori politik kontemporer didalam Pilkada tidak mungkin terbaca. Selain gerakan mereka senyap, mereka juga tidak begitu dikenal didalam pusaran publik.
Peran dan tugas khusus mereka benar-benar “silent”. Diibaratkan pertempuran canggih, gerakan mereka sangat efektif dan sama sekali tidak terdeteksi.
Bahkan gerakan mereka sama sekali tidak terbaca oleh kawan-kawan sekalipun.
Alhamdulilah. Sejak 2020 ketika memulai kampanye panjang, walaupun secara pribadi saya sudah mengenalnya, namun mempunyai tim efektif, barulah membuka mata saya. Mengapa Al haris-Sani yang sama sekali tidak diunggulkan kemudian mampu menjadi Gubernur-Wakil Gubernur Jambi 2020-2024.
Sebagai “penyaksi” dari setiap proses yang sedang berlangsung, Berbagai pertanyaan sulit menemukan jawabannya kemudian mempertebal keyakinan saya.
Loyalis sejati itu harus ditempa oleh waktu. Komitmen, dedikasi, loyalitas kepada seseorang tidak boleh berhenti dengan satu atau dua urusan.
Dan bagiku itu adalah pengetahuan baru. Didalam membaca Politik Melayu Jambi.
Lagi-lagi saya diberikan keistimewaan untuk membaca setiap denyut politik di Jambi.
(*/Direktur Media Publikasi Tim Pemenangan Al Haris-Sani)
Penulis: Musri Nauli SH
Editor: Khotib Syarbini
LEAVE A REPLY