Dugaan Pelecehan dalam Miss Universe Indonesia 2023, Menggugat Ekspektasi Kecantikan Global
Yuli Farida, S.Pd ( Aktivis Dakwah Kampus Jambi )
Gemerlap dan kilau panggung Miss Universe Indonesia 2023 ternyata tidak dapat menyilaukan mata dari dugaan pelecehan terhadap beberapa finalis. Dugaan pelecehan ini menguat setelah korban melaporkan kejadian itu ke Polda Metro Jaya. Sejumlah finalis Miss Universe Indonesia mendapat perlakuan kurang pantas dari oknum event organizer (EO). Mereka diminta untuk melepas seluruh busananya di ruangan terbuka. Peristiwa kurang mengenakkan itu terjadi pada 1 Agustus 2023 lalu. Ketika itu oknum EO meminta para finalis untuk melepas busana dengan dalih body checking. Padahal, tidak ada satu pun agenda pemeriksaan fisik. Semestinya agenda saat itu ialah fitting gaun yang bakal digunakan para finalis di acara puncak. salah satu finalis Miss Universe Indonesia mengaku gelisah dan tertekan saat diminta untuk melepas seluruh pakaiannya. Ia mengaku kaget karena agenda fitting pakaian yang telah dijadwalkan sebelumnya tiba-tiba berubah menjadi body checking. (Kompas.com 7/8/2023).
Kontroversi ini membuat kita perlu merenungkan, apa sebenarnya hakikat dari ajang kecantikan modern ini? Apakah kecantikan sebatas tatapan mata?
Kecantikan Global
Ajang kecantikan Miss Universe Indonesia 2023 ini merupakan serangkaian acara yang berhubungan dengan ajang Miss Universe 2023 yang akan diselenggarakan pada 18-11-2023 di El Savador. Dengan begitu, kriteria pemenang di Miss Universe Indonesia akan sama dengan Miss Universe dunia. Sebagaimana kita ketahui, ajang ini sangat mengutamakan kecantikan, bahkan mereka “wajib” memperlihatkan kemolekan tubuh untuk menunjukkan kecantikan itu. Mereka memakai pakaian minim, bahkan banyak juga yang menerawang. Tidak sampai di situ, kecantikan itu akan diperlihatkan tidak hanya kepada kaum hawa, tetapi juga kaum adam. Definisi kecantikan ala global ini pun akhirnya ikut memengaruhi standar ajang kecantikan di Indonesia. Pesertanya berada pada batas usia tertentu, masih lajang, penampilannya menarik (seksi), berparas cantik, dan dapat dipastikan tidak berkerudung. Secara fitrah, manusia mana pun akan menyukai kecantikan. Mereka tidak akan puas menikmati kecantikan wajah saja sehingga mereka perlu melihat kecantikan yang lainnya. Dari sini, ada pihak yang memanfaatkan untuk menikmati kecantikan mereka. Dengan dalih persyaratan sebagai peserta grand final, mereka memaksa finalis mengikuti permintaan untuk body checking.
Ketenaran Berbalut Eksploitasi
Ketika kita berpikir lebih dalam, setiap wanita pasti menyukai pujian, apalagi kalau mendapat sanjungan karena kecantikan. Jadilah mereka berlomba-lomba mengikuti kontes kecantikan agar menjadi tenar, demi kepuasan, juga mendapat pengakuan semua orang. Saat ini, ketenaran itu sangat berarti hingga rela meraihnya untuk mendapatkan kebahagiaan. Wajar saja, pada masa sekarang, orang yang punya kedudukan, kecantikan, dan harta, cenderung selalu diunggulkan. Inilah garizah eksistensi diri yang ingin dipenuhi. Namun, dalam iklim kapitalistik zaman sekarang, tidak ada yang lebih berharga dari uang. Para pemodal perlu memikirkan berbagai cara untuk mendapatkan keuntungan. Mereka pun memanfaatkan kecantikan para wanita itu untuk meraup laba. Mereka membuat ajang-ajang serupa, mewadahi semua wanita yang ingin eksis dengan kecantikannya. Para kapitalis itu tidak segan mempertontonkan kecantikan seluruh tubuh para peserta. Apalagi panitia dan para juri itu memang orang-orang yang menganut pemikiran Barat. Mereka menilai kecantikan adalah sesuatu yang perlu dinikmati dan berkaitan dengan fisik, wajar diminta untuk ditunjukkan. Begitulah bentuk eksploitasi tubuh perempuan dalam kapitalisme, termasuk kejadian pemotretan telanjang para peserta di Miss Universe Indonesia 2023. Meskipun bisa saja itu ulah pihak tertentu, tetap saja ini menunjukkan borok ajang-ajang kecantikan. Di balik langkah mereka yang ingin meningkatkan derajat perempuan, tersimpan pandangan menempatkan perempuan sebagai objek kenikmatan. Oleh karenanya, pandangan terhadap perempuan seperti ini perlu digugat. Kecantikan bukanlah sejenis barang yang harus mengikuti kata “dunia”, melainkan memiliki standar agar tidak menjerumuskan para wanita ke lubang eksploitasi.
Pandangan Islam
Islam merupakan din yang sempurna. Islam memandang kecantikan yang dimiliki wanita untuk dilindungi, bukan untuk dieksploitasi. Islam juga mengatur setiap aktivitas seorang perempuan harus terikat syariat. Di antaranya adalah kewajiban menutup aurat di hadapan nonmahram, berkerudung dan berjilbab, tidak tabaruj, tidak khalwat dan ikhtilat, juga tidak melenggak-lenggok di catwalk, dsb. Hukum Islam yang begitu banyak ini adalah demi memuliakan perempuan, bukan mengeksploitasinya. Ingatlah ketika Khalifah Al-Mu’tashim mengirimkan pasukan untuk menaklukkan Kota Ammuriya karena membela seorang muslimah yang dilecehkan di sana. Dari kisah ini, kita belajar bahwa kehormatan perempuan itu sangat penting. Selain itu, Islam juga melarang kontes-kontes kecantikan semacam Miss Universe dan acara serupa. Kontes seperti itu dalam praktiknya jelas tidak sesuai dengan standar Islam. Islam memang membolehkan seorang perempuan berperan di masyarakat, tetapi asalkan tidak melanggar tugas utamanya dan selalu mengikuti aturan Allah Taala. Islam pun memerintahkan kita untuk menghargai jerih payah seseorang bukan dari kecantikan fisik, tetapi dari perannya kepada masyarakat. Islam akan menghargai peran perempuan sebagai dokter, ilmuwan, guru, dsb. yang semuanya bermanfaat bagi umat Wallahualam.
Penulis: Yuli Farida, S.Pd ( Aktivis Dakwah Kampus Jambi )
Editor:
LEAVE A REPLY