Ditintelkam Polda Jambi Gelar FGD, Bahas Peran Jurnalis dalam Mitigasi Unjuk Rasa Anarkis

Ditintelkam Polda Jambi Gelar FGD, Bahas Peran Jurnalis dalam Mitigasi Unjuk Rasa Anarkis

19,630
0

Jambiin.com-Direktorat Intelkam Polda Jambi menggelar Forum Group Discussion (FGD) dalam rangka mendukung program Asta Cita memperkokoh Demokrasi dan Hak Asasi Manusia (HAM) dengan tema Peran Media dalam rangka Memitigasi Terjadinya Aksi Unjukrasa Anarkis.

FGD yang dibuka Wakil Direktrur Ditintelkam Polda Jambi AKBP S Bagus Santoso, berlangsung Hotel Ratu Duo, Kota Jambi, Kamis (2/10/2025). 

Hadir pada kesempatan tersebut Kasubdit Sosbud Ditintelkam AKBP Ali Sadikin, dari Bidhumas Polda Jambi Kompol M Amin Nasution, Kompol Erwandi, sekitar 100 jurnalis yang berasal dari berbagai organisasi seperti SMSI, JMSI, PWI, IJTI, Awasi, Iwoi dan lainnya.

Sementara, narasumber yang dihadirkan yakni Muhktadi Puteranusa Ketua SMSI Jambi yang juga pengurus PWI pusat Wakil Direktur Satgas Anti Hoax.

Pirma Satria, M.Pd Pemimpin Redaksi Jambi Ekspres dan Jambiupdate.com, Irwansya A Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kota Jambi dan AKP Suhartono Kanit I Cyber Ditreskrimsus Polda Jambi. 

Dengan dipandu moderator Rahimin, M.I.Kom, M.Pd Pemimpin Redaksi makalamnews.id yang juga seorang akademisi.

Pada kesempatan tersebut, Muhktadi Puteranusa membawakan materi media sebagai pilar pencegah disinformasi dalam aksi unjuk rasa.

Pirma Satria membawa materi framming berita dan liputan aksi demonstrasi, Irwansyah dengan materi profesionalisme wartawan di era informasi digital.

Serta AKP Suhartono membawakan materi tentang apa yang sudah dilakukan tim cyber dalam memantau situasi saat aksi unjuk rasa, dan lainnya.

AKBP S Bangun Santoso dalam sambutannya mengatakan, FGD ini sebagai ajang silaturahmi dengan insan pers. Selain itu juga untuk memberikan pemahaman bagaimana jurnalis bisa mitigasi saat aksi unjuk rasa. AKBP Bagus bilang, media memiliki peran strategis dalam menjaga situasi kondusif di tengah masyarakat. 

"Polri dan wartawan adalah satu kesatuan. Melalui FGD ini, kita harap terbangun saling percaya, sehingga pemberitaan yang d isampaikan dapat menyejukkan, edukatif, serta membantu mencegah unjuk rasa berubah menjadi anarkis,” ujarnya.

Saat waktu diskusi atau tanya jawab, antusias peserta sangat tinggi. Peserta menanyakan kepada narasumber seperti terkait mitigasi dalam liputan, peran lembaga pers dalam melindungi jurnalis, apa saja yang dilakukan tim cyber dalam memantau media sosial, WAG saat aksi unjuk rasa belum lama ini, deteksi dini dalam memantau percakapan di grup-grup tentang banyak informasi, dan lain-lainnya.

Pada kesempatan tesebut, Anton jurnalis Trans7 menceritakan pengalamannya saat menjadi korban aksi unjuk rasa anarkis pada 2013 lalu.  Ia menekankan perlunya mitigasi saat melakukan peliputan seperti unjuk rasa, agar bisa menghindari sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.

Ada 4 poin dari hasil diskusi tersebut, yakni disinformasi menjadi ancaman serius dalam aksi unjuk rasa, peran media sangat penting untuk mencegah disinformasi itu terjadi. Kedua, mitigasi dalam liputan itu penting dilakukan untuk keamanan jurnalis di lapangan. Jurnalis dalam melakukan pemberitaan selalu objektif dan tidak memframing hal-hal negatif yang bisa memicu aksi anarkis.

Ketiga, jurnalis bekerja secara profesional, sesuai kode etik untuk menjaga informasi yang berimbang dan tidak propokatif. Serta terakhir jurnalis harus menyaring informasi dan jangan menyebarkan berita yang belum tentu benar (hoax).(*)

 

Penulis: Khotib Syarbini

Editor: Khotib Syarbini