KEBAKARAN: Bencana atau Kelalaian?
Oleh: Bahren Nurdin
Beberapa hari lalu, sebuah bencana kebakaran hebat mengguncang daerah Legok Kota Jambi. Puluhan rumah luluh lantak dilalap si jago merah, meninggalkan duka mendalam bagi seluruh masyarakat setempat. Kita semua ikut berduka cita dan berdoa semoga para korban mendapatkan ketabahan menghadapi musibah ini. Aammiin. Namun, perlu kita renungkan, apakah sebuah kebakaran murni bencana alam ataukah jangan-jangan buntut dari kelalaian manusia?
Tentu saja, saat ini bukan saat yang tepat untuk saling menyalahkan atau menuduh siapa pun, terutama bagi mereka yang tengah berduka akibat kehilangan harta dan tempat tinggal mereka. Namun, sebagai masyarakat yang saling peduli, kita harus melihat setiap kasus kebakaran sebagai pelajaran berharga dan menggali pembelajaran dari setiap insiden tersebut, baik untuk masyarakat maupun apparat khususnya pemadam kebakaran (damkar).
Salah satu aspek penting yang perlu kita perhatikan adalah tata ruang pemukiman. Terlalu sering kita jumpai bahwa rumah-rumah dibangun tanpa memperhatikan akses damkar atau ambulans yang memadai. Gang-gang sempit, rumah-rumah yang terlalu berdekatan satu sama lain, dan berbagai aspek lainnya seringkali menghambat upaya pemadaman
kebakaran secara cepat dan efisien. Ketika rumah-rumah dibangun dengan padat dan tanpa akses yang memadai, aparat pemadam kebakaran kesulitan untuk mencapai titik
kebakaran dengan cepat. Akibatnya, api bisa dengan mudah menjalar dan merenggut lebih banyak korban serta harta benda.
Pada perspektif ini, kebakaran bukanlah bencana semata, melainkan juga mengandung unsur kelalaian kita sebagai masyarakat dalam membangun rumah dan permukiman. Pembangunan yang tidak memperhatikan ketersediaan akses damkar seharusnya menjadi bahan renungan serius bagi semua pihak terkait, termasuk pemerintah daerah, para arsitek, dan masyarakat sebagai penghuni rumah.
Ditambah lagi, seringkali kita menemui bahwa di banyak pemukiman, terutama yang berada di wilayah perkotaan atau permukiman padat penduduk, hydran tidak ditemukan dengan mudah. Hydrant merupakan sistem pasokan air yang dipasang di sekitar pemukiman, gedung-gedung, dan lokasi strategis lainnya. Sistem hydrant ini berperan sebagai sumber
air yang dapat diandalkan oleh petugas pemadam kebakaran saat menghadapi insiden kebakaran.
Ketiadaan hydran seharusnya menjadi perhatian bersama dan menjadi tugas bagi seluruh pihak untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman, siap menghadapi risiko kebakaran, dan melindungi nyawa serta harta benda masyarakat. Untuk itu, penting bagi kita untuk meningkatkan kesadaran tentang perlunya memperhatikan aspek kesiapan menghadapi
kebakaran dalam setiap tahap perencanaan dan pembangunan rumah dan permukiman.
Berikut adalah beberapa hal yang mungkin dapat diperhatikan: Perencanaan Tata Ruang yang Bijaksana: Memastikan bahwa setiap tata ruang pemukiman memperhitungkan akses yang cukup lebar bagi kendaraan pemadam kebakaran. Pelatihan dan Penyuluhan: Melakukan pelatihan dan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya kebakaran,
tindakan pencegahan, dan cara mengatasi kebakaran awal sebelum api menjalar.
Penerapan Standar Bangunan: Mematuhi standar keamanan dalam pembangunan rumah dan gedung yang mencakup instalasi pemadam kebakaran dan jalur evakuasi. Itulah pentingnya Izin Mendirikan Banguan (IMB) Kerjasama dan Koordinasi: Meningkatkan kerjasama dan koordinasi antara pihak berwenang, pemadam kebakaran, serta masyarakat dalam menghadapi bencana kebakaran. Dalam menghadapi bencana kebakaran, tidak ada satu pihak pun yang bisa bergerak sendiri. Kebakaran adalah ancaman yang harus dihadapi bersama, dengan kesadaran dan kerjasama dari berbagai elemen masyarakat. Dengan demikian, kebakaran bisa dihadapi secara lebih efektif dan risiko korban jiwa serta harta benda dapat diminimalisir.
Akhirnya, sudah seharusnya setiap kejadian kebakaran di negeri ini menjadi pelajaran bagi kita semua untuk bersama-sama meningkatkan kesadaran dan tindakan dalam mengatasi dan menghadapinya. Dengan langkah yang tepat dan sikap saling peduli, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman dan siap menghadapi tantangan alam
maupun kelalaian manusia di masa depan. Semoga#- (Pengamat Sosial dan Kebijakan Publik)
Penulis: Bahren Nurdin
Editor: Khotib Syarbini
LEAVE A REPLY